Menghancurkan Berhala-berhala Lain
Penaklukan Mekah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Allah memberikan kemenangan besar kepada kaum muslimin justru pada saat mereka tengah menunaikan ibadah shaum. Lima hari sebelum Ramadhan berakhir. Rasulullah ﷺ mengirim Khalid bin Walid beserta 30 penunggang kuda untuk menghancurkan berhala-berhala Uzza di Nakhlah. Berhala ini milik Quraisy dan Bani Kinanah. Khalid merobohkannya, kemudian kembali. Namun Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah engkau melihat sesuatu?" "Tidak," jawab Khalid. "Kalau begitu, engkau belum benar-benar merobohkannya. Kembali lagi ke sana dan robohkan!" demikian sabda Rasulullah ﷺ. Dengan perasaan bergejolak, Khalid kembali sambil menghunus pedang. Namun, ketika sampai di tujuan, Khalid dihadang seorang wanita berkulit hitam tanpa baju yang menggeraikan rambut. Orang-orang menjerit melihat tingkah wanita. Khalid segera menebasnya sampai mati. Ketika ia kembali ke Mekkah, Rasulullah ﷺ bersabda, "Dulu aku mengira kalau-kalau Uzza akan disembah selama-lamanya di negeri kalian ini." Selain itu Amr bin Ash juga diutus untuk menghancurkan berhala Suwa' milik Bani Hudhail di Ruhath. Ketika Amir bin Ash tiba di sana, penjaga Suwa' bertanya, "Apa maumu?" "Aku diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Suwa". "Engkau tidak akan sanggup!" jawab penjaga sambil melotot. "Mengapa?" tanya Amr bin Ash geram. "Karena engkau akan dihalangi!" seru penjaga dengan yakin. "Hingga detik ini, engkau masih juga berada dalam kebatilan!" seru Amr bin Ash gemas. "Celakalah engkau. Apakah engkau pikir berhala itu bisa mendengar dan melihat?" Kemudian Amr bin Ash menghancurkan Suwa' sampai berkeping-keping. Setelah itu, ia bertanya kepada penjaga, "Bagaimana menurut pendapatmu?" "Kalau begitu, aku pasrah kepada Allah", jawab penjaga. Sa'ad bin Zaid beserta duapuluh pasukan diutus Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Manat. Berhala itu dulunya milik suku Aus, Khazraj, Ghassan, dan lainnya. Di tempat itu juga muncul dukun wanita berkulit hitam yang bertelanjang sambil mengutuk Sa'ad. Sa'ad membunuhnya dan menghancurkan berhalanya. Sungguh tak layak berhala disembah, karena Allah Maha Kaya. Dialah yang memiliki kerajaan bumi dan langit beserta bintang-bintang, bulan-bulan, asteroid-asteroid, komet-komet, dan segala yang ada di alam semesta ini. Ancaman Hawazin dan Tsaqif Kini kaum Muhajirin sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat berhubungan lagi dengan keluarga mereka di Mekah yang sekarang telah memeluk islam. Hati semua orang sudah yakin bahwa Islam telah meraih kemenangan. Namun setelah limabelas hari fathu mekah, tiba tiba tersiar berita yang membuyarkan semua harapan perdamaian. Kabilah Hawazin dan Tsaqif yang tinggal di pegunungan tidak jauh dari Mekah sudah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum Muslimin. Pasukan Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf. Ia membawa serta semua harta, wanita, dan anak-anak. Seorang tua bijaksana yang sudah buta, Duraid bin Ash Shima bertanya, "Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?" "Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya dirampas jika mereka kalah," jawab Malik bin Auf. "Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Bawalah mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung. Setelah itu hadapilah orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang, keluarga dan hartamu tetap aman. Jika engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu tetap terlindung." Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata, "Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!" Tanggal enam Syawal tahun 8 Hijriyah Rasulullah ﷺ meninggalkan Mekah dengan 12 ribu pasukan termasuk 2 ribu orang Mekah yang memeluk Islam. Menjelang petang muncul seorang penunggang kuda. Ia melaporkan bahwa Hawazin membawa seluruh harta dan ternak mereka. Rasulullah ﷺ tersenyum dan bersabda, "Itu adalah harta rampasan milik orang-orang muslim besok hari, jika Allah menghendaki. Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagian prajurit muslim berkata dengan bangga, "Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan." Sebuah pernyataan yang keliru dan mengakibatkan bencana. Ketika Rasulullah ﷺ mendengar gerakan musuh di Thaif, beliau mengirim mata-mata yaitu seorang sahabat bernama Abdullah Bin Abu Hadrod al Aslamy. Abdullah melakukan pengintaian dan membenarkan persiapan musuh. Sebagai persiapan, Rosulullah ﷺ meminjam 100 baju perang dan perangkat senjata kepada Sufyan bin Umayyah yang saat itu belum masuk Islam. Bersambung
0 Comments
Fadhalah
Hari ketika Makkah ditaklukkan Allah melalui tentara Islam dikenal dalam sejarah dengan nama Fathu Mekah. Pada hari itu amarah dan kebencian meledak di hati Fadhalah bin Umair. Ia tidak menerima Mekah takluk begitu saja. Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ketika dilihatnya beliau sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang. Di balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan. Fadhalah semakin dekat semakin dekat kepada Rasulullah ﷺ. Tangan Fadhalah masuk ke balik bajunya untuk mencabut pisau. Pikirannya dipenuhi hasrat membara untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Tetapi tepat saat itu juga, Rasulullah ﷺ langsung menoleh kepadanya dan menegur, "Apakah ini Fadhalah?" Agak terkejut, Fadhalah menjawab, "Ya, Saya Fadhalah, wahai Rasulullah." "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Rasulullah ﷺ. "Tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya memikirkan Allah." Rasulullah ﷺ tersenyum. Beliau meletakkan tangannya yang sejuk di atas dada Fadhalah sambil bersabda, "Mohon ampun kepada Allah.... " Perlahan-lahan hati Fadhalah menjadi tenang. Ia kemudian berkata, "Begitu beliau melepaskan tangannya dari dadaku, aku merasa tidak seorang pun yang lebih aku cintai daripada beliau." Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Fadhalah dipanggil seorang wanita cantik. Wanita itu dulu pernah disukai oleh Fadhalah. Wanita itu ingin mengajak Fadhalah bicara, namun Fadhalah berkata, "Tidak, Allah dan Islam telah melarangku bicara bebas dengan wanita yang belum halal bagiku. Aku baru saja melihat Rasulullah ﷺ menghancurkan semua berhala. Agama Allah itu sangat jelas dan nyata, sedangkan kemusyrikan adalah kegelapan." Sejak hari itu, Rasulullah ﷺ melarang orang berperang di tanah suci Mekah. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Mekah telah diharamkan oleh Allah, bukan oleh manusia. Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah dan mencabut pohon di Mekah." Fadhalah bisa merasakan kasih sayang Rasulullah ﷺ yang begitu besar. Kasih sayang betul-betul membanjiri hati beliau yang amat lapang itu. Karena itu, tampak pada mulut beliau berupa keramahan, pada mata beliau berupa air mata, dan pada tangan beliau berupa kedermawanan. Kasih sayang adalah sifat Rasulullah ﷺ yang paling menonjol dan tak seorang pahlawan pun berhasil menyamainya. Shalat Kemenangan Rasulullah ﷺ bertamu ke rumah sepupunya Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau mandi dan sholat kemenangan sebanyak 8 rokaat. Saat itu, dua orang musyrik cepat-cepat meminta perlindungan kepada Ummu Hani. Ali bin Abu Tholib berkeras ingin membunuh dua orang itu. Namun Rasulullah ﷺ bersabda, "Kami melindungi siapa pun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani." Setelah itu beberapa penjahat besar yang paling keras memusuhi Islam diadili. Sebagian diampuni dan sebagian dihukum mati. Istri Ikrimah bin Abu Jahal menghadap Rasulullah ﷺ dan meminta agar suaminya diampuni. Rasulullah ﷺ mengabulkannya. Istri Ikrimah pun menjemput suaminya yang lari ke Yaman. Ikrimah kembali ke Mekah dan masuk Islam. Miqyas bin Subabah dihukum mati. Miqyas pernah masuk Islam, namun ia kemudian membunuh seorang Anshor dan kembali murtad setelah bergabung dengan orang-orang musyrik. Al Haris bin Nufail dihukum mati karena ia dulu sering kali menyiksa dan mengganggu Rasulullah ﷺ. Habbar bin Al Aswad diampuni. Ia dulu yang mengguncang unta Zainab, putri Rasulullah ﷺ. Zainab yang saat itu sedang hamil, jatuh dan keguguran. Setelah masuk Islam, Habbar menjadi seorang muslim yang taat. Saat itu, muncullah kekhawatiran di kalangan orang Anshor. Salah seorang di antara mereka bertanya kepada saudara Anshornya, "Apakah menurut kalian Rasulullah ﷺ akan menetap di Mekah setelah Allah memberi kemenangan?" Orang-orang yang ditanya saling bertatapan sedih. Mereka sungguh tak ingin hal itu terjadi. Ketika itu, Rasulullah ﷺ sedang berdoa di Shafa sambil mengangkat kedua tangan. Begitu selesai, beliau segera menghampiri kerumunan Anshor dan bertanya, "Apa yang kalian bicarakan?" "Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah." Namun, karena kekhawatiran yang terus mebesar, akhirnya mereka menyampaikannya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau pun bersabda, "Aku berlindung kepada Allah. Tempat hidupku adalah tempat hidup kalian dan tempat matiku adalah tempat mati kalian." Bersambung Fathu Mekkah
Setelah pasukan Islam lewat, Abbas berkata kepada Abu Sufyan, "Selamatkanlah kaummu." Maka cepat-cepat Abu Sufyan juga memacu tunggangannya memasuki Mekah sambil berseru, "Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad telah datang membawa pasukan yang tidak mungkin dapat kalian lawan. Barang siapa yang masuk rumahku, akan selamat! Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya, akan selamat! Barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, juga selamat!" Namun tidak semuanya menuruti Abu Sofyan, lkrimah bin Abu Jahal memimpin sepasukan Quraisy untuk melawan. Saat itu Rasulullah ﷺ sudah membagi pasukannya untuk memasuki Mekah dari tiga jurusan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri dipimpin Zubair bin Awwam, sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memimpin pasukan dari dataran tinggi Kida. Sa'ad bin Ubadah berseru, "Hari ini adalah hari pembantaian. Hari ini diperbolehkan melakukan segala hal yang dilarang di Kabah." Rasulullah ﷺ berulang-ulang membaca surat al-Fath dengan suara sangat merdu. Beliau tidak memasuki Mekah seperti seorang penakluk namun jutru menundukkan kepala tanda syukur kepada Allah. Karena itu, beliau menunjukkan wajah tidak suka ketika dilihatnya pasukan Khalid bin Walid bertempur karena diserang oleh pasukan Ikrimah. Namun akhirnya Rasulullah ﷺ bersabda, "Ketentuan Allah selalu lebih baik." Pasukan Quraisy terkalahkan dan lkrimah melarikan diri. Tiba di depan Ka'bah, Rasulullah ﷺ menghampiri Hajar Aswad, menciumnya dan berthawaf keliling Ka'bah. Beliau menunjuk dengan busur ke arah 360 buah berhala di sekeliling rumah Suci sambil membacakan ayat Alquran, وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Surah Al-Isra' (17:81). Maka berhala-berhala itu pun dirobohkan. Rasulullah ﷺ masuk ke dalam Ka'bah dan bertakbir di ke empat sudutnya. Beliau melihat di dalam Ka'bah ada gambar nabi Ibrahim مﻼﺳاا ﻪ ﻠﻋ dan Nabi Ismail مﻼﺳاا ﻪ ﻠﻋ sedang bermain undian anak panah. Beliau mengutuk orang yang membuat gambar itu. Setelah itu Bilal naik ke atas Ka'bah dan beradzan karena waktu sholat Dhuhur telah tiba. Sebelumnya Rasulullah ﷺ hanya mempunyai 3.000 tentara dalam Perang Khandaq menghadapi 10.000 pasukan Quraisy dan sekutunya. Kini mendadak beliau muncul di depan Mekah dengan 10.000 prajurit. Quraisy begitu terkejut dan ketakutan sehingga tidak mampu memberi perlawanan kecuali menyerah. Quraisy Berbondong-bondong Masuk Islam Rasulullah ﷺ kemudian mengucapkan khotbah di hadapan orang-orang Mekah. "Tiada ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia-lah Allah yang telah menepati janji-Nya memenangkan hambanya Muhammad dan mengalahkan musuh-musuh-Nya dengan diri-Nya sendiri." "Sesungguhnya segala macam balas dendam, harta, dan darah semuanya berada di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Ka'bah dan pemberi air minum kepada jamaah haji." "Wahai kaum Quraisy, sesungguhnya Allah telah mencabut dari kalian kesombongan jahiliyah dan mengagungkan keturunan. Semua orang berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah." "Wahai kaum Quraisy menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak ku ambil terhadap kalian?" Orang-orang Quraisy menjawab, "Tentu yang baik-baik, wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia." Beliau pun bersabda, "Pergilah kalian semua! Kalian semua bebas!" Setelah itu berbondong-bondonglah penduduk Mekah masuk Islam. Kemudian Rasulullah ﷺ membaiat kaum laki-laki Quraisy untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasulullah. Setelah itu giliran kaum wanita di antara mereka. Di antara mereka, hadir Hindun bin Uthbah, istri Abu Sufyan. Ia menyamar karena dulu telah bertindak kejam terhadap Hamzah pada perang Uhud. Tanpa memegang tangan para wanita itu, Rasulullah ﷺ membaiat mereka agar tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, dan tidak berbohong. Di tengah-tengah Baiat itu, Hindun menyela, "Demi Allah aku terlalu sering mengambil uang Abu Sufyan, aku tidak tahu apakah hal itu di halalkan atau tidak?" Abu Sufyan yang saat itu hadir berkata, "Aku halalkan semua hartaku yang pernah kau ambil." "Apakah engkau Hindun binti Utbah?" tanya Rasulullah ﷺ. "Ya aku adalah Hindun binti Utbah." jawab Hindun. Rasulullah ﷺ menoleh kepada Abu Sufyan, "Maafkan ia atas perbuatannya yang lalu, semoga Allah memaafkanmu." Rasulullah ﷺ adalah seorang pemaaf, tidak akan pernah ada dalam sejarah seseorang yang mampu memberi maaf seperti yang dilakukan Rasulullah ﷺ kepada orang-orang Quraisy. Padahal orang-orang Quraisy inilah yang dulu membunuh para pengikut Rasulullah ﷺ, menghina, mencaci, melukai, memboikot, mengusir, dan memerangi Rasulullah ﷺ, tetapi ketika justru Rasulullah ﷺ mempunyai kekuatan untuk membalas, beliau bersabda, "Kamu semua bebas..." Bersambung SURAT HATHIB BIN ABI BALTA'AH
Rasulullah ﷺ memerintahkan semua orang untuk mengadakan persiapan. Beliau memberi tahu bahwa sasaran mereka kali ini adalah Mekah. Beliau pun berdoa, "Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar ini, hingga aku tiba di sana secara tiba-tiba." Namun seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat kepada Quraisy tentang rencana ini. Surat itu dibawa oleh Sarah, salah seorang budak wanita yang diberi uang oleh Hathib. Setelah menyembunyikan surat dalam gulungan rambutnya wanita itu pun berangkat. Kemudian Rasulullah ﷺ diberi wahyu tentang hal tersebut sehingga beliau cepat menyuruh Ali Bin Abi Thalib dan Al Miqdad menyusul pembawa surat itu. Keduanya pun memacu kudanya kencang-kencang. Mereka berhasil menyusul Sarah dan berkata, "Serahkan surat yang kau bawa!" "Aku tidak membawa sepucuk surat pun." Ali dan Al Miqdad meggeledah hewan tunggangan dan barang bawaan wanita itu dengan teliti. Ketika tidak juga menemukan apa yang dicari, Ali Bin Abi Thalib berkata, "Aku bersumpah bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah berbohong, jika engkau tidak menyerahkan surat itu, kami benar-benar akan memeriksa dirimu!" Mengetahui kesungguhan Ali, wanita itu pun menyerahkan suratnya. Setelah surat itu sampai di tangannya, Rasulullah ﷺ memanggil Hathib, "Apa ini wahai Hathib?" "Rasulullah," jawab Hathib, "demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah. Sedikit pun tidak ada perubahan pada diri saya. Namun, saya mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-tengah Quraisy. ltu sebabnya saya hendak memberitahu mereka." Umar bin Khatab maju dan berkata, "Rasullulah, serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua." Rasulullah ﷺ bersabda, "Wahai Umar, sesungguhnya ia pernah ikut dalam Perang Badar. Apakah kau tahu kalau Allah meninggikan martabat orang yang turut dalam Perang Badar, lalu Allah menitahkan, "Berbuatlah sekehendak kalian, kalian Ku ampuni?" Umar pun menangis sambil berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Saat berhadapan dengan musuh, kemampuan menyimpan rahasia menjadi sangat penting. Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Manusia lebih banyak tergelincir karena mulutnya daripada karena kakinya." Kerahasiaan dalam gerakan ke Mekah ini diperlukan agar pasukan muslimin mampu memberikan kejutan, sehingga Mekah bisa takluk tanpa pertumpahan darah. PASUKAN MUSLIM BERANGKAT Akhirnya berangkatlah pasukan muslim. Saat itu adalah tahun ke-8 Hijriyah. Di tengah perjalanan, suku demi suku datang bergabung. Karena itu ketika tiba di Marr Az Zhahran, jumlah mereka mencapai 10.000 orang! Jumlah yang belum pernah disaksikan dalam sejarah Madinah. Pihak Quraisy yang sampai saat itu belum tahu adanya bahaya akhirnya mulai curiga. Mereka mengutus Abu Sufyan untuk mengetahui apa yang terjadi. Suatu malam ketika Abu Sufyan sedang mengintai, dipergoki Abbas paman Rasulullah ﷺ. Abbas membawa Abu Sufyan ke perkemahan kaum muslimin. Keesokan harinya Ia diterima Rasulullah ﷺ di dalam Tenda beliau. "Kasihan engkau Abu Sufyan," sabda Rasulullah ﷺ. "Bukankah sudah saatnya bagimu mengetahui, bahwa tiada Tuhan selain Allah?" "Demi ayah dan ibuku," jawab Abu Sufyan. "Engkau Sungguh orang yang murah hati, mulia dan menjaga hubungan kekeluargaan. Aku memang sudah menduga bahwa tiada Tuhan selain Allah itu sudah mencukupi segalanya." "Kasihan engkau wahai Abu Sufyan," demikian sabda Rasulullah ﷺ lagi. "Bukankah tiba waktunya engkau harus mengetahui bahwa aku Rasulullah?" "Demi Ayah Ibuku engkau sungguh bijaksana, pemurah dan suka menjaga hubungan kekeluargaan, namun untuk mengakui engkau adalah utusan Allah masih ada ganjalan di hatiku. Akhirnya, Abbas pun turun bicara, "Celaka engkau Abu Sufyan bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, sebelum beliau menghukum mati engkau karena permusuhan keras yang telah engkau lancarkan pada Islam!" Abu Sufyan pun memeluk Islam. Kemudian Abbas berbisik, "Wahai Rasulullah Abu Sufyan adalah orang yang suka membanggakan diri, maka berilah dia sedikit kebanggaan." "Baiklah," sabda Rasulullah ﷺ, "Barangsiapa yang berlindung di rumah Abu Sufyan, dirinya akan aman. Barangsiapa yang memasuki Masjidil Haram, juga akan aman." Setelah itu Rasulullah ﷺ meminta Abbas memperlihatkan keagungan pasukan muslim. Dari atas bukit, Abbas dan Abu Sufyan melihat pasukan lewat barisan demi barisan. Begitu melihat bahwa Rasulullah ﷺ dikelilingi pasukan Muhajirin dan Anshar, Abu Sufyan berkata, "Tidak seorang pun sanggup menghadapi mereka Abbas, kerajaan keponakanmu akan menjadi besar!" "Wahai Abu Sufyan, ini bukan kerajaan melainkan kenabian," "Kalau begitu akan lebih bagus lagi." Untuk mengelabui musuh, Rasulullah ﷺ mengirim patroli kecil di bawah pimpinan Abu Qatadah ke arah Batan ldam 30 mil dari Madinah ke arah Syria. Tujuan ekspedisi ini untuk memberi kesan kepada orang Quraisy bahwa Rasulullah ﷺ akan mengadakan serangan ke sana, bukan ke Mekah. Bersambung "Itu hanya semangat jahiliyah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah, aku mengikut agama Islam!" Abu Sufyan kemudian memanggil Khalid, "Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?" Ketika Khalid membenarkan, Abu Sufyan memerah wajahnya, "Demi Latta dan Uzza, kalau itu benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi sebelum Muhammad!" "Dan memang itulah yang benar, dan apa pun yang akan terjadi,"
Kemarahan Abu Sufyan meledak. Ia maju hendak menyerang Khalid. Namun lkrimah menahannya seraya berkata, "Sabar Abu Sufyan, seperti engkau, aku juga khawatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangan hidupnya itu, padahal mungkin kelak seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku khawatir jangan-jangan sebelum bertemu Muhammad lagi tahun depan, seluruh Mekkah sudah menjadi pengikutnya!" Sejak menjadi seorang muslim, sejarah hampir tidak pernah mencatat kekalahan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Ketika menghadapi 240.000 pasukan Romawi, pasukan muslim yang lebih jauh lebih kecil jumlahnya menjadi ragu. Khalifah Abu Bakar berkata, "Demi Allah, semua kekhawatiran keraguan mereka akan hilang dengan kedatangan Khalid!" Perang Mut'ah Khalid bin Walid segera pergi ke Madinah dan menggabungkan diri dengan kaum muslimin. Tidak lama kemudian menyusul pula dua orang pembesar Quraisy Amru bin Ash dan Utsman bin Tolkhah, mereka diikuti juga oleh banyak penduduk Mekah. Kemenangan Rasulullah ﷺ terhadap Mekah tampaknya tinggal menunggu waktu. Namun sebelum itu terjadi, 15 orang yang dikirim ke perbatasan Syam dibunuh oleh pihak Romawi. Maka pada bulan Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriyah atau 629 masehi Rasulullah ﷺ memanggil tiga ribu prajurit pilihan. Beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan pasukan kepada Zaid bin Haritsah sambil bersabda, "Kalau Zaid gugur maka Ja'far bin Abu Tholib yang memegang tampuk kepemimpinan, dan jika Ja'far gugur maka Abdullah bin Rawahah yang memegang tampuk kepemimpinan. Pasukan berangkat diiringi doa dan ucapan selamat dari masyarakat ramai. Rasulullah ﷺ turut mengantar sampai ke luar kota dan berpesan, "Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta, dan anak-anak. Jangan menghancurkan rumah-rumah atau menebangi pepohonan. Allah menyertai dan melindungi kalian. Semoga kalian kembali dengan selamat." Zaid bin Haritsah merencanakan untuk menyergap musuh dengan tiba-tiba. Namun ketika tiba di Ma'an mereka amat terkejut. Syuhrabil gubernur Heraklius telah menghimpun pasukan yang terdiri atas orang-orang Yunani dan orang-orang Arab. Heraklius sendiri mengerahkan pasukan Romawi untuk membantu pasukan lawan yang tengah menanti pasukan muslimin yang berjumlah 200.000 orang!" Para pemimpin tentara muslimin agak ragu. Apakah mereka harus maju atau meminta bala bantuan dari Madinah. Namun, Abdullah bin Rawahah yang terkenal sebagai seorang ksatria dan pemberani berkata, "Saudara-saudara apa yang tidak kita sukai justru itu yang kita cari sekarang ini yaitu mati syahid. Kita memerangi musuh itu bukan karena perlengkapan, bukan karena kekuatan juga bukan karena jumlah orang yang banyak, melainkan kita memerangi mereka hanyalah karena agama, juga yang dengan itu Allah telah memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kita maju. Kita akan memperoleh satu dari dua pahala ini menang atau mati syahid." Kata-kata Abdullah bin Rawahah ini melambungkan semangat pasukan. "Ibnu Rawahah memang benar!" Abdullah bin Rawahah ini adalah seorang penulis dan penyair yang untaian syair-syairnya meluncur dari lidah yang kuat dan indah didengar. Semenjak memeluk Islam dibuktikannya kemampuan bersyair itu untuk Islam. Rasulullah ﷺ menyukai dan menikmati syair-syairnya dan sering beliau minta Abdullah untuk lebih tekun lagi membuat syair. Gugurnya Tiga Pahlawan Di desa Masyarief kedua pasukan bertemu. Namun dengan cerdik, pasukan muslim membelok ke Mu'tah. Tempat itu dianggap jauh lebih baik sebagai tempat bertahan. Di mu'tah inilah terjadi pertempuran dahsyat yang jarang disaksikan sejarah karena jumlah kedua pasukan berbeda begitu jauh. Zaid bin Haritsah bertempur dengan gagah berani. Saat itu hampir tidak ada satu pahlawan pun yang bisa menyaingi kehebatannya. Ia bertempur dan bertempur sampai akhirnya sepucuk tombak menghantamnya dengan telak. Zaid bin Haritsah jatuh ke tanah dan gugur sebagai syuhada. Sesuai dengan pesan Rasulullah ﷺ, Ja'far bin Abu Tholib mengambil bendera Zaid dan maju memimpin pasukan. Usia Kakak Ali bin Abi Tholib ini baru 33 tahun. Ja'far benar-benar pemuda tampan cerdas dan berani. Ia maju dan bertempur dengan semangat menyala bagai api yang mengamuk. Ketika tangan kanannya ditebas hingga putus Ja'far meraih bendera dengan tangan kiri namun tidak lama kemudian tangan kiri ini juga lepas karena sabetan pedang. Dengan kekuatan yang tersisa Ja'far mempertahankan bendera dengan kedua pangkal lengannya sampai seorang prajurit Romawi membelah tubuh Ja'far. Pemuda tampan ini gugur. Ibnu Umar yang saat itu bertempur di sampingnya mengatakan, "Kuhitung ada 50 luka di tubuhnya, namun tidak satu pun yang terdapat di bagian punggung." Kedua lengan Ja'far yang putus diganti Allah dengan sepasang sayap sehingga Ja'far dapat terbang kemana pun ia mau. Karena itulah Ja'far dijuluki Ath Thayar atau penerbang atau Dzuljanahain atau orang yang memiliki dua sayap. Kini giliran Abdullah bin Rawahah yang menjadi panglima. Ia yang mengibarkan bendera, tetapi hatinya ragu sejenak sambil berkata, "Oh diriku! Mengapa engkau masih ragu atau terpaksa? Jika pertempuran telah dimulai dan genderang bertalu-talu, mengapa kulihat engkau masih membenci surga?" Kemudian Abdullah bin Rawahah maju dengan gagah sampai akhirnya juga gugur. Bersambung Umroh Qadha
Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian Hudaibyah disepakati. Rasulullah ﷺ segera memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat melakukan umratul qadha atau umroh pengganti. Seruan itu disambut dengan penuh semangat. Kali ini 2000 sahabat berangkat dengan mengenakan pakaian ihram. Mereka tidak membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Namun Rasulullah ﷺ tetap waspada terhadap penghianatan, karena itu beliau memerintahkan Muhammad bin Maslamah memimpin 100 pasukan berkuda untuk berangkat mendahului rombongan haji. Kaum muslimin berangkat ke Mekah dengan hati penuh rindu untuk berthawaf di sekeliling Ka'bah. Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk melihat lagi tempat mereka dilahirkan. Mereka ingin lagi menghirup udara tanah suci yang harum dengan penuh rasa hormat dan syahdu. Mereka ingin menyentuh bumi suci yang penuh berkah tempat Rasulullah ﷺ dilahirkan dan tempat Wahyu pertama diturunkan. Sesuai dengan perjanjian Hudaibyah, ketika orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya mereka segera keluar dari Mekah. Penduduk Mekah mendirikan tenda tenda di bukit-bukit sekitar Mekah dari bukit Abu Qubais atau dari Hiro. Mereka melihat dengan penuh rasa ingin tahu bekas kawan-kawan mereka yang dulu pernah mereka usir. Umroh Qadha Begitu Ka'bah terlihat kaum muslimin serentak berseru, "Labaik, Labaik!" Di depan Ka'bah Rasulullah ﷺ membiarkan lengan kanan atasnya terbuka sambil mengucapkan, "Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya." Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil. Setelah menyentuh Rukun Yamani di sudut selatan, beliau melakukan perjalanan biasa sampai kembali menyentuh Hajar Aswad, kemudian berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan selebihnya berjalan biasa. Setiap kali beliau berlari, 2000 sahabat ikut berlari-lari, setiap kali Rasulullah ﷺ berjalan mereka pun serentak ikut berjalan. Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy, hilanglah anggapan mereka bahwa Rasulullah ﷺ dan sahabatnya adalah orang-orang yang lemah dan dalam keadaan sulit. Gerak kaum muslimin di umrah Qadha itu menunjukkan siapa golongan yang mulia. Bukanlah disebut mulia orang yang berumah besar dan bermobil mewah. Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat, membuka selubung kebodohan, memberi peringatan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai. Itulah orang yang mulia, meski tempat tinggalnya hanya gubuk buruk dan pakaiannya hanya baju bertambal. Setelah selesai thawaf, beliau melakukan Sa'i antara Safa dan Marwah. Setelah selesai melakukan Sa'i, sementara hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau berkata, "Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban dan setiap tempat di Mekah dapat dijadikan tempat untuk menyembelih hewan qurban." Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut di Marwah. Demikian pula kaum muslimin, mereka melakukan seperti apa yang beliau lakukan. Setelah itu, beliau mengutus orang-orang agar pergi ke Ya'jaj untuk menggantikan orang-orang yang telah diberi tugas menjaga persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan manasik umroh. Mereka kemudian datang dan melaksanakan manasik. Rasulullah ﷺ tinggal di Mekah selama tiga hari. Pagi-pagi pada hari keempat orang-orang musyrik mendatangi Ali dan berkata, "Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat kami, karena waktunya sudah habis." Maka Nabi ﷺ pun keluar meninggalkan Mekah dan singgah di Saraf. Ketika hendak keluar meninggalkan Mekah mereka diikuti oleh putri dari Hamzah yang berjalan sambil memanggil, "Paman ......! Paman ......!" Kemudian ia dihampiri dan diambil oleh Ali. (sesampai di Madinah) Ali, Ja'far dan Zaid berebut untuk mengurusnya. Namun Nabi ﷺ memutuskan bahwa yang berhak untuk mengurusnya adalah Ja'far, karena istri Ja'far adalah saudara dari ibu putri Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama kedudukannya dengan ibu) Islamnya Khalid bin Walid Dalam masa 3 hari di Mekkah, Rasulullah ﷺ menerima lamaran seorang wanita bernama Maimunah. Usianya 26 tahun. la adalah Bibi Khalid bin Walid. Rasulullah ﷺ ingin sekali mengundang orang-orang Quraisy dalam pesta pernikahannya. Namun orang-orang itu menolak dan meminta beliau bersama para sahabatnya keluar dari Mekah karena waktu yang disepakati telah habis. Maka, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya pun berangkat pulang. Perbuatan kaum muslimin yang menjauhi minuman keras, tidak berbuat maksiat dan tidak rakus dalam hal makan minum membuat hati Khalid bin Walid sangat tertarik. Ditambah lagi bibinya sendiri telah menikah dengan Rasulullah ﷺ. Khalid berkata kepada kawan-kawannya, "Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan alam semesta ini. Setiap orang yang mempunyai hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya." Ikrimah bin Abu Jahal ngeri mendengarnya. Dia langsung berkata, "Khalid, bukankah para pengikut Muhammad telah melukai ayahmu, juga membunuh paman dan sepupumu? Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan berkata-kata seperti itu!" Bersambung Rasulullah Melarang Hidup Meminta-minta
Ketika kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tiba kembali ke Madinah, sekali lagi Rasulullah ﷺ melihat beberapa dari mereka biasa hidup enak tanpa bekerja. Maklum selama di Habasyah, mereka hidup dari pemberian-pemberian Najashi yang baik budi. Di Madinah, sebagian mereka bahkan hidup dari zakat. Maka Rasulullah ﷺ pun menganjurkan agar mereka mau bekerja. "Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak mendapatkan satu atau dua suap makanan, akan tetapi orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta kekayaan dan merasa malu meminta-minta kepada orang lain secara paksa," demikian nasihat Rasulullah ﷺ kepada orang-orang itu. Ajaran yang dibawa Rasulullah ﷺ adalah ajaran kebesaran jiwa. Tidak boleh ada orang hidup dari jerih payah orang lain, walaupun hidupnya sendiri dihabiskan untuk beribadah di masjid. Alasannya tidak ada orang yang lebih utama dibandingkan orang lain selain karena amal dan pekerjaannya. Sebaliknya Rasulullah ﷺ juga melihat ada orang yang menghimpun harta kekayaan dari rampasan perang dengan perasaan khawatir hartanya itu akan habis jika disedekahkan. Maka Rasulullah ﷺ melarang melakukan penimbunan harta dan mengharuskan mereka bersedekah kepada orang yang miskin dan sengsara. "Tidaklah benar-benar beriman kepada Allah orang yang mati dalam keadaan kenyang, sementara itu tetangganya kelaparan," demikian sabda beliau. "Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja maka ia harus menyisihkan bagi orang yang tidak cukup belanjanya. Barang siapa yang mempunyai kelebihan harta maka sisihkanlah kepada orang yang kekurangan. Barangsiapa yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang-orang Islam maka ia bukan dari golongan mereka." Ajaran ini mengguncangkan hati para hartawan, bahkan ada yang mau menyerahkan seluruh hartanya. Namun Rasulullah ﷺ juga mencegah tindakan berlebihan seperti itu dengan bersabda, "Simpanlah sebagian hartamu karena sebaik-baik sedekah adalah pemberian orang kaya". Muru'ah adalah harga diri. Salah satu yang termasuk muru'ah adalah menjaga diri agar jangan memberatkan orang lain, harus belajar cukup dengan apa yang ada, belajar menahan susah dan derita, jangan menggantungkan harapan selain kepada Allah. Seperti disebut dalam pepatah Arab "anjing kurap yang mencari makan lebih mulia dari singa besar dalam kandang". Kekuatan Keyakinan Rasulullah Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah ﷺ. Beliau terus berusaha memperbaiki kehidupan islami yang sedang dibangun bersama pengikutnya. Salah satu rahasia besar kesuksesan beliau adalah keyakinan yang amat kuat kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ . Suatu ketika dalam perang Dzatur riqa di tengah perjalanan yang begitu melelahkan, pasukan muslimin menemukan sebuah pohon rindang. Para sahabat meminta Rasulullah ﷺ beristirahat di bawah pohon itu, sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat berlindung dari sengatan matahari. Rasulullah ﷺ menggantungkan pedangnya di pohon tersebut dan tertidur. Tiba-tiba muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia berjalan tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian dari pasukan muslim. Ditujunya tempat Rasulullah ﷺ berteduh, lalu dengan cepat ia mengambil pedang Rasulullah ﷺ dan menodongkannya ke dada beliau. "Apakah engkau takut kepadaku?" seringai orang itu. "Tidak," jawab Rasulullah ﷺ tegas dan tenang. Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi ia akan menusukkan pedangnya ke dada Rasulullah, "Lalu siapa yang bisa menghalangi dari tindakanku?" "Allah!" Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar, pedangnya terlepas dan tanpa daya ia duduk di hadapan Rasulullah ﷺ. Dengan tangkas, beliau segera mengambil kembali pedangnya dan mengacungkannya ke dada orang itu. "Sekarang siapa yang bisa menghalangi dari diriku?" tanya Rasulullah ﷺ. Orang itu menjawab, "Jadilah sebaik-baik orang yang menjatuhkan hukuman." Beliau bersabda, "Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah." "Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan tidak akan bergabung bersama orang-orang yang memusuhimu," kata orang itu. Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Beliau sama sekali tidak memarahi orang itu. Bahkan beliau melepaskan orang itu yang kemudian pulang dan berkata kepada kaumnya, "Aku baru saja menemui orang yang paling baik." Keyakinan Rasulullah ﷺ berasal dari kekuatan cinta kepada Allah. Beliau berdoa, "Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya mencintai-Mu, dan mencintai orang yang cinta kepada-Mu serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepadaMu itu lebih daripada aku mencintai diriku dan keluargaku dan lebih dari rinduku pada air yang tawar pada kala panas. Bersambung Pembagian Harta Rampasan dan Kedatangan Ja'far
Rasulullah ﷺ ingin agar orang-orang Yahudi pergi dari Khaibar. Namun sebagian orang Yahudi itu berkata, "Wahai Muhammad berilah kami kesempatan untuk tetap berada di tanah ini agar kami bisa mengolah dan menanganinya. Kami lebih berpengalaman daripada kalian." Rasulullah ﷺ pun berpendapat bahwa mereka benar. Beliau dan para sahabat tidak mempunyai cukup tenaga untuk mengolah tanah-tanah pertanian Khaibar yang lebih luas. Karena itu Rasulullah ﷺ pun setuju untuk mengijinkan Yahudi mengolah tanah itu dan membagi hasil panen dengan kaum muslimin. Tanah Khaibar berjumlah 36 kelompok. Setiap kelompok dibagi menjadi 100 bagian sehingga jumlah totalnya sebanyak 3.600 bagian. Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin mendapat separuhnya. Beliau mendapat satu bagian seperti halnya kaum muslimin yang lain. Sisanya dikhususkan untuk para wakil beliau dan urusan umum kaum muslimin. Orang-orang muslim yang ikut dalam perjalanan perjanjian Hudaibiyah mendapat masing-masing satu bagian-bagian, entah mereka itu ikut dalam perang Khaibar atau tidak. Alasannya berkat jasa mereka jugalah kaum Muslimin dapat menaklukkan Khaibar. Setiap kuda yang ikut mendapat 2 bagian, penunggangnya mendapat 3 bagian, sedangkan pejalan kaki mendapat satu bagian. Rampasan Khaibar ini begitu banyak sampai Ibnu Umar berkata, "Sebelumnya kami tidak pernah merasa kenyang, sebelum kami bisa menaklukkan Khaibar." Aisyah pun berkata, "Saat Khaibar ditaklukkan, kami bisa kenyang karena makan kurma". Setelah kembali ke Madinah kaum Muhajirin mengembalikan apa yang dulu pernah diberikan oleh kaum Anshor, yakni berupa pohon dan buah kurma, karena kini mereka telah memiliki banyak pohon dan buah kurma di Khaibar. Di Madinah Ja'far bin Abi Thalib dan rombongannya telah tiba dari Habasyah. Rasulullah ﷺ begitu gembira melihat Ja'far sehingga beliau bersabda, "Demi Allah aku tidak tahu, karena aku gembira dengan penaklukan Khaibar dan kedatangan Ja'far." Ja'far dan rombongannya pun masing-masing mendapatkan satu bagian tanah Khaibar. Shafiyah Di antara para tawanan terdapat Shafiyah binti Huyay. Ia adalah Putri Huyay bin Al Akhtab, pemimpin Bani Nadhir yang menghasut Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang Khandaq. Suaminya, Kinanah bin Abul Huqaiq, dibunuh akibat berkhianat kepada Rasulullah ﷺ karena menyembunyikan harta Bani Nadhir. Shafiyah binti Huyay diberikan kepada Dihyah bin Al Khalifah. Namun, seorang sahabat merasa iba kepada putri bangsawan Yahudi itu. Ia mendatangi Rasulullah ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau menyerahkan Shafiyah binti Huyai, putri pemimpin Quraidhah dan Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah hanya pantas dimiliki oleh engkau." Untuk menjaga kehormatan Shafiyah, Rasulullah ﷺ meminta Dihyah mengambil tawanan yang lain. Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam. Shafiyah pun menerimanya. Setelah itu Shafiyah pun menerima pinangan Rasulullah ﷺ dengan kebebasannya sebagai mahar. Di Ash Shaba', dalam perjalanan pulang ke Madinah, Rasulullah ﷺ menyelenggarakan walimah nikah. Ummu Sulaim merias Shafiyah. Untuk makan, dihidangkan kurma, makanan dari tepung, dan keju. Rasulullah ﷺ berada di sana selama tiga hari. Pada saat itu, beliau melihat memar-memar biru pada wajah Shafiyah, lalu beliau bertanya, "Ada apa ini?" "Wahai Rasulullah, sebelum engkau mendatangi kami, aku bermimpi melihat bulan seakan akan terlepas dari tempatnya dan jatuh ke bilikku. Aku menceritakan mimpi ini kepada suamiku dan aku tidak menyebut-nyebut dirimu sedikit pun, namun ia menempeleng wajahku." Rasulullah ﷺ tersenyum dan memberikan kata-kata menghibur, "Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di Madinah." Pada saat itu ada seorang wanita Yahudi bernama Zaenab binti Al Haris yang mencoba membunuh Rasulullah ﷺ dengan mengirimkan daging domba beracun. Rasulullah ﷺ menggigit satu kunyahan, tapi segera memuntahkannya kembali sambil bersabda, "Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging disusupi racun." "Apa yang membuatmu melakukan perbuatan itu?" tanya Rasulullah ﷺ kepada Zainab binti Al Haris. "Aku berkata kepada diriku sendiri, Kalau memang Muhammad adalah seorang raja, maka ia pasti akan mati memakan daging itu. Tetapi jika ia seorang nabi, tentu Allah akan memberitahunya." Tadinya Rasulullah ﷺ akan melepaskan wanita itu, namun karena ada seorang sahabat bernama Bisyr bin Al Barra yang meninggal karena memakan daging tersebut maka Zaenab binti Al Harits pun diqishash. Bersambung Jalannya Pertempuran
Orang-orang Yahudi Khaibar yang hendak berangkat ke kebun sangat terkejut melihat kedatangan Rasulullah ﷺ dan pasukannya pagi-pagi sekali. "Itu Muhammad, demi Allah, Muhammad dan pasukannya!". Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Jika kita tiba di pelataran suatu kaum, maka amat buruklah bagi orang-orang yang layak mendapat peringatan!" Setelah mendirikan markas, Rasulullah ﷺ mengajak seluruh pasukannya berdoa, "Ya Allah, Rabb langit yang tujuh serta apa-apa yang dipayunginya. Rabb bumi yang tujuh dan apa-apa yang dikandungnya, Rabb setan-setan dan apa yang disesatkannya. Sesungguhnya kami mohon kepada Mu kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya, dan kebaikan apa pun yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepadaMu dari kejahatan dusun ini, kejahatan penduduknya, dan kejahatan apapun yang ada di dalamnya. Majulah dengan nama Allah." Pada malam menjelang penyerbuan, Rasulullah ﷺ bersabda, "Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya juga dicintai Allah dan rasul-Nya." Para sahabat sangat berharap bahwa merekalah yang terpilih esok harinya. Rasulullah ﷺ memanggil Ali bin Abi Thalib, saat itu Ali sedang sakit mata namun Rasulullah ﷺ mengusap dan berdoa agar Allah menyembuhkan mata menantunya itu. Mata Ali pun sembuh dan ia memimpin pasukan hebat yang terdiri atas rangkaian banteng-banteng yang kuat. Pertempuran seru meletus berhari-hari. Pemimpin Yahudi khaibar maju sambil bersyair, "Khaibar sudah mengenal, akulah Marhab, memanggul senjata tajam pahlawan berpengalaman." Amir bin Akwa maju menghadapinya sambil bersyair, "Khaibar sudah mengenal, Akulah Amir, memanggul senjata tajam pahlawan petualang." Dalam duel seru, Marhab menebas tempurung Amir sehingga ia gugur dan syahid. Rasulullah ﷺ bersabda tentang Amir, "Sesungguhnya dia memperoleh dua pahala, dia telah berusaha dan telah berjuang. Tidak banyak orang Arab yang berjalan seperti dia." Kini Ali bin Abi Thalib maju dan membalas syair Marhab dengan garang. Dalam duel Ali berhasil membunuh Marhab. Perang khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ke tujuh Hijriyah. Sekitar 1500 pasukan nabi menghadapi 10.000 orang pasukan Khaibar, akan tetapi Rasulullah ﷺ berhasil mengalahkan lawan yang begitu besar itu. Kaum muslim kehilangan 18 jiwa sedangkan pihak musuh kehilangan 93 jiwa. Kemenangan Setelah itu satu persatu pemimpin Yahudi jatuh dalam pertempuran dahsyat. Benteng Naim takluk setelah Marhab terbunuh. Benteng Ash Sha'ab bin Muadz direbut dengan cara dikepung selama tiga hari. Ketika itu persediaan makanan kaum muslimin sudah sangat tipis, hingga mereka kelaparan. Rasulullah ﷺ pun berdoa dan akhirnya pasukannya bangkit sehingga berhasil menaklukkan benteng itu. Di dalamnya, banyak terdapat ternak-ternak gemuk untuk dimakan. Benteng Az Zubair dikepung selama 3 hari. Namun mereka bisa bertahan karena mempunyai mata air sendiri. Rasulullah ﷺ memerintahkan serangan untuk merebut mata air. Setelah mata air dapat direbut, Benteng Az Zubair pun takluk. Orang-orang Yahudi di benteng Ubay menantang duel satu lawan satu. Semua pahlawan Yahudi yang maju berduel berhasil ditaklukkan oleh para pahlawan Islam. Kemudian Abu Dujanah yang kepalanya diikat kain merah jika sudah bertekad mati, memimpin pasukan komando masuk dan menyusup ke dalam benteng. Setelah bertempur seru, benteng Ubay pun takluk. Benteng An Nizar adalah benteng yang sangat kuat karena letaknya tinggi dan susah diserang. Rasulullah ﷺ memerintahkan penggunaan manjaniq atau pelontar batu besar. Maka dinding-dinding benteng jebol dan pasukan muslim pun akhirnya membanjir masuk untuk menaklukkan musuh. Ketiga benteng yang tersisa dikepung selama 14 hari. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa sempat terjadi pertempuran di benteng Al Qamush. Namun kedua benteng yang lain: Al Wathih dan As Sulalim menyerahkan diri lewat perundingan. Orang Yahudi meminta mereka yang di benteng tidak dibunuh, anak-anak tidak ditawan dan mereka siap meninggalkan Khaibar dengan segenap keluarga, menyerahkan semua harta kekayaan Khaibar yang berupa tanah, emas, perak, kuda, keledai dan baju-baju perang. Rasulullah ﷺ pun menyetujui hal itu seraya bersabda, "Aku juga membebaskan kalian dengan perlindungan Allah dan rasul Nya apabila kalian tidak menyembunyikan sesuatu pun dariku." Mereka setuju. Namun orang Yahudi memang licik. Beberapa dari mereka ketahuan menyembunyikan harta di balik reruntuhan. Maka mereka pun dibunuh, karena melanggar perjanjian, sebagai pembalasan atas terbunuhnya beberapa sahabat atas tindakan mereka. Selesailah sudah penaklukan Khaibar. Allahu Akbar! Bersambung Surat kepada Najasyi, Raja Habasyah
Selain itu Rasulullah ﷺ juga menulis surat kepada Najasyi, raja Habasyah yang menerima kaum muslimin yang mengungsi ke negerinya. Amir bin Umayyah adh Dhamri menyampaikan surat Rasulullah ﷺ yang berbunyi, Bismillahirohmanirohim, Dari Muhammad Rasulullah kepada Najasyi pemimpin Habasyah (Habsyi). Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba'd. Aku memuji bagi tuan kepada Allah yang tiada ilah selain Nya. Dialah penguasa yang Maha Suci, yang memberi kesejahteraan memberi perlindungan dan yang berkuasa. Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah roh Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam yang perawan, baik, dan menjaga kehormatan diri lalu dia mengandung Isa dari roh-Nya dan tiupan-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam dengan tangan-Nya. Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya dan senantiasa mentaati-Nya, dan hendaklah tuan mengikuti aku, beriman kepada apa yang diberikan kepadaku. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku menyeru tuan dan pasukan tuan kepada Allah Azza wa Jalla. Aku sudah mengajak dan memberi nasihat maka terimalah nasihatku. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Begitu Najasyi menerima surat Rasulullah ﷺ ia langsung mengangkat surat itu dan meletakkannya di depan matanya. Ia turun ke lantai dari singgasananya, lalu masuk Islam di hadapan Ja'far bin Abu Thalib yang masih berada di sana bersama para pengungsi Muslim. Najasyi membalas surat Rasulullah ﷺ yang menyetujui bahwa Nabi Isa memang benar seorang utusan Allah yang lahir dari Maryam yang suci. Najasyi juga menyatakan bahwa ia memeluk Islam dan menyatakan sumpah setia kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga meminta Najasyi agar mengirim pulang Ja'far bin Abi Tholib ke Madinah. Najasyi pun menyediakan dua perahu. Turut pula dalam rombongan itu Amir bin Umayyah sang pembawa surat. Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah ﷺ bersedih hati atas kematiannya dan menyelenggarakan shalat ghaib. Rasulullah ﷺ pun mengirim surat yang sama isinya kepada pengganti Najasyi. Akan tetapi sejarah tidak mencatat apakah penggantinya juga memeluk Islam atau tidak. Perang Khaibar Setelah orang Quraisy setuju untuk berdamai, kini ada satu musuh yang tidak kalah berbahaya. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang kini berkumpul di Khaibar, Kota Benteng yang sangat kuat. Para penghuni Khaibar inilah yang dulu menghasut pasukan Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang Khandaq. Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa jika dibiarkan mereka akan menempuh cara yang lebih berbahaya untuk membasmi kaum muslimin. Maka Rasulullah ﷺ pun menyiapkan pasukannya, namun beliau paham bahwa pertempuran yang mereka hadapi akan sangat berat. Karena itu yang boleh bergabung hanya orang-orang yang benar-benar siap berjihad. Maka berkumpulah orang-orang yang gagah berani yang terdiri atas 1400 pasukan berjalan kaki dan 100 penunggang kuda. Diam-diam Abdullah bin Ubay mengirim pesan kepada orang-orang Khaibar, "Muhammad hendak mendatangi kalian. Bersiap siagalah dan kalian tak perlu takut. Jumlah dan kekuatan kalian sangat banyak sementara kaum Muhammad hanya sedikit dengan persenjataan terbatas". Rasulullah ﷺ meminta dua petunjuk jalan. Keduanya menunjukkan empat jalan yang dapat ditempuh kaum muslimin agar kedatangan mereka tidak diketahui orang-orang Yahudi di Khaibar. Jalan-jalan itu bernama Syasy (kacau), Hathib (sial), Huzn (kesedihan), Marhab (selamat datang). Maka Rasulullah ﷺ pun memilih melewati jalan Marhab. Setelah shalat ashar Rasulullah ﷺ meminta bekal makanan. Karena hanya sedikit, beliau disuguhi tepung gandum yang tidak seberapa banyak. Rasulullah ﷺ kemudian mengolah tepung itu sehingga menjadi cukup buat beliau dan semua orang. Seorang penyair bernama Amir bin Akwa melantunkan karyanya, "Kalau bukan karena engkau ya Allah, Kami tidak akan mendapatkan hidayah. Tidak pula sholat dan bersedekah. Ampunilah dosa kami sebagai tebusan selagi kami tegar dalam ketakwaan, Teguhkanlah pendirian kami dalam peperangan. Berikanlah kepada kami ketentraman hati. Kami tidak ingin hidup jika musuh mengalahkan kami. Mendengar syair itu Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah merahmatinya." Para sahabat hafal bahwa jika Rasulullah ﷺ memohon ampunan bagi seseorang, orang itu akan mati syahid demikianlah yang terjadi pada Amir bin al Akwa dalam pertempuran ini. Bersambung |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
April 2024
Categories
All
|